Sabtu, 26 November 2016

Bab 16 Kewirausahaan

B.  CIRI-CIRI WIRAUSAHA
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa
hal penting yang harus dimiliki oleh seseorang agar menjadi
wirausaha yang sukses adalah berfikir dan bertindak kreatif. Sikap
kreatif itu diperlukan oleh seseorang dalam rangka menghasilkan/
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda sehingga produk yang
dihasilkan tersebut memiliki nilai tambah atau nilai jual.          
Seseorang dikatakan manusia wirausaha apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.  Memiliki Sikap Mental Wirausaha.
 Manusia yang bermental wiraswasta mempunyai kemauan
keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidupnya. Di
dalam masyarakat, banyak dijumpai orang-orang pandai,
berpendidikan tinggi atau berpengalaman kerja cukup luas,
namun  ketika mereka dihadapkan dengan situasi pekerjaan nyata
yang penuh dengan tantangan, ternyata mereka menjadi malas
dan menghindarkan diri dari kenyataan. Mereka masih berharap
bahwa mereka dapat mencapai keberhasilan dan kepuasan
maksimal hanya dengan memiliki banyak  pengetahuan. Inilah
kenyataan, bahwa sebagian besar anggota masyarakat kita masih
terdapat jarak yang jauh antara pengetahuan yang dimiliki
dengan perbuatan  untuk merealisir pengetahuan itu.
Di samping berkemauan yang keras, manusia yang bersikap
mental wiraswasta memiliki keyakinan yang kuat atas kekuatan
yang ada pada dirinya. Manusia yang bersikap mental wirausaha
memiliki sifat kejujuran yang tinggi dan bertanggung jawab.
2.  Mempunyai Kepribadian yang Kuat
 Tanda manusia yang mempunyai berkepribadian kuat
adalah  manusia yang memiliki moral yang tinggi, yaitu manusia
yang  bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ciri-ciri Manusia
Wirausaha
¯   berkepribadian kuat
¯ bersikap mental
wirausaha
¯ peka terhadap
lingkungan
¯ terampilan
wiraswasta
¯ mampu mencari
informasi
¯ pandai menangkap
peluang
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
330
3.  Memiliki Kemampuan untuk Mencari Informasi
Dalam kenyataannya seringkali terjadi kekurang berhasilan
dalam berwirausaha disebabkan karena enggan untuk mencari
informasi tentang beberapa hal yang menjadikan suatu usaha
dapat berhasil. Banyak wirausaha menjalankan usahanya cukup
seadanya. Mereka pada umumnya hanya menjalankan apa yang
sudah ada walaupun dalam kenyataan usaha tersebut tidak
mengalami perkembangan
4.  Memiliki Kepekaan Terhadap Arti Lingkungan.
Manusia tercipta dengan kondisi dan perlengkapan
yang sempurna, sehingga kekuatannya diharapkan dapat
mengenal, mengolah dan menikmati alam semesta secara
bertanggung jawab. Manusia wirausaha harus dapat mengenal
lingkungannya. Dengan pengenalan terhadap lingkungan,
memungkinkan manusia dapat mendayagunakan secara efisien
untuk kepentingan hidupnya.
5.  Memiliki Ketrampilan Wiraswasta.
Untuk dapat menjadi manusia wirausaha diperlukan
beberapa ketrampilan seperti: ketrampilan berfikir kreatif,
ketrampilan dalam kepemimpinan, ketrampilan manajerial,
dan ketrampilan dalam bergaul antar manusia.
Disamping  ciri-ciri  di  atas,  Meredith  dalam Suprojo
Pusposutardjo (1999), memberikan ciri-ciri wirausaha
(entrepeneur) sebagai orang yang (1) percaya diri, (2) berorientasi
tugas dan hasil, (3) berani mengambil risiko, (4) berjiwa
kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan (6) keorisinilan.
Adapun wujud atau bentuk dari keenam ciri-ciri manusia
wirausaha tersebut adalah sebagai berikut:
Bab XVI Kewirausahaan
331
Wujud (Bentuk) dari Ciri-ciri Kewirausahaan
BentukCiri-Ciri Wirausaha
Percaya diri
Berorientasi pada tugas dan
hasil
Pengambil risiko
Kepemipinan
Berfikir ke arah yang asli
Orientasi ke masa depan
•   Bekerja penuh keyakinan
•   Tidak  berketergantungan  dalam
melakukan pekerjaan
•   Individualistis dan optimis
•   Memenuhi kebutuhan akan prestasi
•   Orientasi pekerjaan berupa laba, tekun dan
tabah, tekad kerja keras.
•   Berinisiatif
•   Berani dan mampu mengambil risiko
kerja
•   Menyukai pekerjaan yang menantang
•   Bertingkah laku sebagai pemimpin yang
terbuka thd saran dan kritik.
•   Mudah bergaul dan bekerjasama dengan
orang lain
•   Kreatif dan Inovatif
Sumber: Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo (1999).
Tugas 16.1
Setelah kalian memahami pengertian kewirausahaan, coba
sekarang buatlah kelompok kecil yang terdiri antara 3 sampai 5 orang
yang memiliki tempat tinggal  berdekatan. Lakukan pengamatan di
lingkungan tempat tinggalmu dan rumuskan kira-kira kegiatan kreatif
apa yang dapat kalian jalankan. Ada satu contoh tentang membuat
pigura dari kertas kado. Mungkin kalian bisa menciptakan yang lain.
Lakukan diskusi dengan teman-teman kalian dan serahkan hasilnya
kepada guru yang mengajar mata pelajaran ini.
Berpikir Kreatif – Membuat Pigura dari Kertas Kado Sumber:
Majalah Girl
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
332
C.  ETIKA BISNIS
Wirausahawan  atau orang yang bekerja di bidang bisnis  akan
berhasil dengan baik apabila dalam menjalankan bisnis selalu
memperhatikan etika bisnis. Hal itu dikarenakan bisnis merupakan
sebuah profesi yang luhur dan etis. Ini berarti bisnis perlu dijalankan
secara etis. Dari pandangan ini timbul persoalan: apakah benar
bahwa bisnis perlu dijalankan secara etis? Apakah bisnis perlu etika?
Apakah bisnis dan etika ada hubungannya? Apakah bisnis memang
mengenal etika. Dengan kata lain, apakah ada yang dinamakan
dengan etika bisnis itu? Untuk menjawab beberapa pertanyaan
Gambar 16.5
Contoh Hasil dari Berpikir Kreatif – Membuat Pigura dari Kertas Kado
Sumber: Majalah Girl
Bab XVI Kewirausahaan
333
diatas, di sini perlu dibahas pengertian tentang etika bisnis. Sebelum
dibahas tentang konsep etika bisnis akan dipaparkan contoh kegiatan
ekonomi yang melanggar etika bisnis.
•  Pada saat ada informasi gaji naik, distributor berusaha menimbun
barang dagangan karena mereka tahu harga akan naik.
•  Penjual  di pasar sering mengurangi berat timbangan dari barang yang
dijual, agar keuntungannya tinggi.
•  Produsen sering menampilkan label 100% halal padahal kenyataan
tidak
Contoh kegiatan di atas adalah kegiatan yang melanggar aturan-aturan dalam berbisnis/etika bisnis. Etika bisnis merupakan  tata
cara atau aturan yang baik dalam berbisnis. Aturan atau tata cara
dalam berbisnis tercermin dalam prinsip-prinsip etika bisnis. Oleh
karena itu kita perlu memahami prinsip-prinsip etika bisnis.
         
D.  PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
Berdasarkan  teori ekonomi, bisnis memang mempunyai etika.
Kalau bisnis mempunyai etika, maka pertanyaan yang muncul
adalah prinsip etika yang mana yang berlaku dalam kegiatan bisnis?
Apakah prinsip-prinsip itu berlaku umum? Beberapa prinsip etika
bisnis dapat disampaikan sebagai berikut:
1.  Prinsip Otonomi
Otonomi merupakan sikap dan kemampuan manusia untuk
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran
sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Seseorang dikatakan memiliki prinsip otonomi dalam berbisnis
jika ia  sadar sepenuhnya akan kewajibannya dalam dunia
bisnis. Ia tahu mengenai bidang kegiatannya, situasi yang
dihadapinya, tuntutan dan aturan yang berlaku bagi bidang
kegiatannya. Ia sadar dan tahu akan keputusan dan tindakan
yang akan diambilnya serta risiko atau akibat yang akan timbul
baik bagi dirinya dan perusahaannya maupun bagi pihak lain.
Di samping itu ia juga tahu bahwa keputusan dan tindakan
yang akan diambilnya akan sesuai atau sebaliknya bertentangan
dengan nilai atau norma moral tertentu. Oleh karena itu orang
yang otonom bukanlah orang yang sekedar mengikuti begitu
saja norma dan nilai moral yang ada, melainkan ia tahu dan
sadar bahwa apa yang dilakukan itu adalah sesuatu yang baik.
Hal yang demikian berlaku juga dalam bidang bisnis. Misalnya
Gambar 16.6
Penerapan etika
bisnis, produsen
harus memberikan
informasi harga
yang benar kepada
konsumen
Sumber: Brosur
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
334
seorang pelaku bisnis hanya mungkin bertindak secara etis kalau
dia diberi kebebasan dan kewenangan penuh untuk mengambil
keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya
baik. Tanpa kebebasan ini para pelaku bisnis hanya akan menjadi
robot yang hanya bisa tunduk pada tuntutan perintah, dan
kendali dari luar dirinya. Hanya dengan kebebasan seperti itu
ia dapat menentukan pilihannya secara tepat dalam menjalankan
dan mengembangkan bisnisnya .
2.  Prinsip Kejujuran
Dalam kenyataannya, kegiatan bisnis tidak akan  bisa
bertahan dan berhasil kalau tidak didasarkan pada prinsip
kejujuran.  Sesungguhnya para pelaku bisnis modern sadar
dan mengakui bahwa memang kejujuran dalam berbisnis adalah
kunci keberhasilannya, termasuk untuk bertahan dalam jangka
panjang, dalam suasana bisnis yang penuh dengan persaingan.
Kejujuran ini sangat penting artinya bagi kepentingan masing-masing pihak dan selanjutnya sangat menentukan hubungan
dan kelangsungan bisnis masing-masing pihak.  Apabila salah
satu pihak berlaku curang, maka pihak yang dirugikan untuk
waktu yang akan datang tidak akan lagi bersedia  menjalin
hubungan bisnis dengan pihak yang berbuat curang tersebut.
Jadi dengan berlaku curang dalam memenuhi syarat-syarat
perjanjian atau kontrak dengan pihak tertentu, maka pelaku
bisnis  sesungguhnya telah menggali kubur bagi bisnisnya
sendiri. Kejujuran juga sering dikaitkan dengan mutu dan harga
barang yang ditawarkan. Sebagaimana telah disampaikan di
depan, dalam bisnis modern yang penuh dengan persaingan,
kepercayaan konsumen adalah hal yang paling pokok untuk
dipertahankan. Oleh karena itu sekali pengusaha menipu
konsumen, entah melalui iklan atau pelayanan yang tidak sesuai
dengan yang diinformasikan, konsumen akan dengan mudah
lari dan pindah ke produsen yang lain. Cara-cara promosi yang
berlebihan, tipu-menipu bukan lagi cara bisnis yang baik dan
berhasil. Kenyataan bahwa banyak konsumen Indonesia lebih
suka membeli produk dari luar negeri, menunjukkan bahwa
masyarakat Indonesia kurang begitu percaya dengan produk
buatan bangsanya sendiri.
3.  Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan
secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan
kriteria yang rasional, obyektif dan dapat dipertanggung-
Bab XVI Kewirausahaan
335
jawabkan. Demikian pula prinsip keadilan menuntut agar
setiap orang dalam kegiatan bisnis entah dalam relasi
eksternal perusahaan maupun relasi internal perusahaan perlu
diperlakukan secara sama sesuai dengan haknya masing-masing.
Keadilan menuntut agar tidak ada pihak yang dirugikan hak
dan kepentingannya.
4.  Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian
rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Jadi kalau prinsip
keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan
hak dan kepentingannya, prinsip saling menguntungkan
menuntut hak yang sama  yaitu agar semua pihak berusaha
untuk saling menguntungkan satu sama lain. Prinsip ini terutama
mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis.  Dalam kenyataan,
pengusaha ingin memperoleh keuntungan dan konsumen ingin
memperoleh barang dan jasa yang memuaskan (harga tertentu
dan kualitas yang baik) maka bisnis hendaknya dijalankan saling
menguntungkan antara produsen dan konsumen.
5.  Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menganjurkan agar orang-orang yang menjalankan
bisnis tetap dapat menjaga nama baik perusahaan. Perusahaan
harus megelola bisnisnya  sedemikian rupa agar tetap dipercaya,
tetap paling unggul dan tetap yang terbaik. Dengan kata lain
prinsip ini merupakan tuntutan dan dorongan dari dalam diri
pelaku bisnis dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan
dibanggakan. Hal  ini tercermin dalam seluruh perilaku bisnisnya
dengan siapa saja, baik keluar maupun ke dalam perusahaan.
Bentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5 orang. Setiap
kelompok bertugas mengumpulkan contoh kegiatan bisnis yang
melanggar prinsip-prinsip etika bisnis. Dari hasil kerja kelompok
kemudian  didiskusikan didalam kelas. Dari  hasil diskusi kelas
dilakukan penyempurnaan,  kemudian tugas dikumpulkan kepada
guru yang mengajar mata pelajaran ini.
Tugas 16.2
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
336
E.  BELAJAR HIDUP MANDIRI
Belajar hidup mandiri bisa kalian mulai sejak masih di bangku
sekolah.  Mulailah dari yang ringan-ringan dulu sesuai dengan
kemampuan Anda.  Kemandirian tidak terbentuk secara mendadak.
Kemandirian terbentuk melalui proses yang panjang yang dimulai
sejak masa kanak-kanak kemudian terus berkembang dengan
adanya pengaruh dari lingkungan. Kemandirian dibentuk, dilatih,
dan dikembangkan dalam proses sosialisasi yang dimulai dalam
lingkungan keluarga akan diperkuat di sekolah dan masyarakat.
Peranan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat menentukan
dalam proses pembentukan kemandirian seseorang. Keluarga,
sekolah, masyarakat sebagai pemberi nilai dan peraturan bagi
individu menjadi institusi yang berpengaruh terhadap kemandirian
seseorang.
Perhatikan kisah nyata berikut ini, dan ambil pelajarannya
kemudian coba terapkan sesuai dengan bakat Anda masing-masing.
Ratna adalah siswa kelas 1 SMP. Ibunya seorang pedagang
makanan keliling di perumahan. Bapaknya bekerja sebagai tukang
batu. Ratna mempunyai keinginan untuk dapat membantu keuangan
rumah tangga orang tuanya agar ia dapat melanjutkan sekolah.
Setelah berpikir, akhirnya Ratna mempunyai suatu ide. Di sekolah
Ratna diberi ketrampilan cara membuat kue Bolu dan bakmi kuning.
Ratna berusaha mencoba untuk membuat kedua makanan tersebut
dan ternyata hasilnya bagus. Setiap pulang sekolah  setelah selesai
belajar  Ratna membuat kue bolu dan pagi hari sebelum ke sekolah
membuat nasi kuning yang dititipkan Ibunya untuk di jual di
komplek perumahan.
Betapa kaget dan senangnya Ratna, ketika melihat barang
dagangannya habis terjual. Dengan modal yang hanya Rp 25.000,-
dari hasil tabungan uang saku itu Ratna setiap hari  mendapat untung
bersih Rp 5.000,-. Hari kedua juga begitu, bahkan laba bersihnya naik
menjadi Rp 8.500,-. Karena  hasil masakannya terus terjual habis,
maka Ratna memutuskan untuk menambah jumlah masakan dan
sebagian dititipkan di kantin sekolah. Dengan hasil penjualannya
itu Ratna tidak lagi minta uang saku dan biaya sekolah, bahkan
setiap  harinya  dia  masih  bisa  menyisihkan  uang dari keuntungan
sebesar Rp 5.000,-.

0 komentar:

Posting Komentar